3.1.j. Koneksi Antar Materi - Modul 3.1

 

3.1.j.1 Blog Rangkuman Koneksi Antar Materi – Modul 3.1

  

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Perkenalkan  saya Suhastari Yuliana, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari TK Negeri Pembina purbalingga. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator dan  Pengajar Praktik yang selalu membimbing, mengarahkan, memberikan support, dan mendampingi saya dalam mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini.

Izinkan saya dalam kesempatan ini membahas tentang Tugas Koneksi Antar Materi Modul 3.1.j. terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 14 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu per satu.


 1.   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka yang digagas oleh Bapak  Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyannya  ing ngarso sung tuladho, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak atau murid  Memiliki kodratnya masing-masing. Kita sebagai Pendidik hanya  menuntun segala potensi yang ada pada murid, mengarahkan dan memberi dorongan supaya murid dapat berproses dan berkembang. Dalam proses menuntun, murid akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah serta membahanyakan dirinya serta murid dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru  sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

   

2.    Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak di sadari . Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika.. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan dapat kita digunakan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini seringkali membantu dalam menghadapi pilihan- pilihan yang penuh tantangan, yang harus kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah:

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.

 

3.   Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilisator telah membantu saya berlatih dalam mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid atau tidak atau apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan.

Seorang pendidik saya  harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari murid saya . Seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya . Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu saya sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.

Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru harus  mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.


4.   Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam melaksanakan proses pendidikan, guru  harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan, konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada murid.


5.    Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Sebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Dengan nilai- nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai- nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip " melakukan demi kebaikan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip- prinsip/ nilai- nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.


6.    Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan, misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, hal pertama yang harus saya  lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisa pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga hasil keputusan yang kita ambil mampu menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman untuk muridnya. Intinya pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 

7.   Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan Tantangan  yang saya  alami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil keputusan tidak melibatkan guru  atau warga sekolah lainnya, sering terjadi perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan tersebut, kita tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada pimpinan, dan terburu-buru dalam pengambilan keputusan.  Kesulitan-kesulitan di atas selalu kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan dan ketidak tegasan seorang pemimpin dalam memutuskan permasalahan.


8.   Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Sebagai seorang pendidik, saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 terkait pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran karena sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa menyelesaikan permasalahan dengan mengambil sebuah keputusan dengan tepat, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul 3.1 ini maka ketika kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid, sehingga dengan keselamatan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh murid maka kita telah mampu memerdekakan mereka dalam belajar. Pendidik sudah seharusnya memberikan keputusan yang bersifat positif, membuat murid merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk memerdekan murid dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Karena pengambilan keputusan yang tepat akan mempengaruhi pengajaran seorang guru  untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan muridnya.

 

9.    Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Untuk mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar-benar memperhatikan kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid maka murid kita akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang lebih baik.


10.     Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntun segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.

Dalam melaksanakan proses pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.

Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.


11.    Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Pemahaman saya tentang konsep-konsep yang sudah dipelajari di modul ini mencakup beberapa aspek penting yang biasanya dibahas dalam konteks etika dan pengambilan keputusan

a. Dilema Etika dan Bujukan Moral:

Dilema Etika: Situasi di mana seseorang harus memilih antara dua atau lebih tindakan yang masing-masing didukung oleh prinsip-prinsip moral yang berbeda. Tidak ada pilihan yang jelas benar atau salah, sehingga memerlukan pertimbangan yang mendalam.

Bujukan Moral: Upaya untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain agar menerima suatu pandangan atau tindakan yang didasarkan pada pertimbangan moral. Ini bisa melibatkan argumentasi yang rasional dan emosional.

b. Empat Paradigma Pengambilan Keputusan:

Paradigma ini biasanya mencakup cara-cara yang berbeda dalam menilai sebuah situasi etis, misalnya:

Individu vs. Komunitas: Apakah keputusan yang diambil lebih menguntungkan individu atau komunitas?

Keadilan vs. Kepentingan: Apakah keputusan lebih mengedepankan keadilan atau manfaat yang diperoleh?

Kebenaran vs. Kesetiaan: Apakah lebih penting untuk berpegang pada kebenaran atau kesetiaan terhadap seseorang atau kelompok?

Jangka Pendek vs. Jangka Panjang: Apakah keputusan harus fokus pada manfaat jangka pendek atau dampak jangka panjang?

c. Tiga Prinsip Pengambilan Keputusan:

Utilitarianisme: Memilih tindakan yang menghasilkan manfaat terbesar bagi jumlah orang terbanyak.

Prinsip Hak: Menghormati hak-hak individu yang mungkin terlibat atau terpengaruh oleh keputusan tersebut.

Prinsip Keadilan: Membuat keputusan yang adil dan tidak diskriminatif, memperlakukan semua pihak secara setara.

d. Sembilan Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan:

Langkah-langkah ini biasanya melibatkan proses sistematis yang mungkin termasuk identifikasi masalah, pengumpulan informasi, analisis alternatif, pengambilan keputusan, implementasi, dan evaluasi keputusan tersebut untuk melihat apakah keputusan itu etis dan efektif.

Hal-Hal di Luar Dugaan:

Salah satu hal yang mungkin di luar dugaan adalah betapa rumit dan mendalamnya proses pengambilan keputusan etis. Terutama ketika menghadapi dilema etika, di mana tidak ada jawaban yang mudah atau benar secara absolut, pentingnya memahami berbagai paradigma dan prinsip untuk membuat keputusan yang benar-benar reflektif dan bertanggung jawab.

Kaitan antara teori dan praktik adalah dapat memahami bagaimana teori-teori ini diterapkan dalam situasi nyata mungkin juga menantang, karena sering kali situasi dunia nyata tidak serapi teori, dan pemimpin harus mampu beradaptasi sambil tetap memegang prinsip-prinsip kebajikan.


12.     Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Ya, saya pernah menghadapi situasi di mana saya harus mengambil keputusan dalam situasi dilema moral. Sebelum mempelajari modul ini, pendekatan saya dalam menghadapi dilema moral sering kali berdasarkan intuisi, pengalaman pribadi, dan nilai-nilai dasar yang saya anut, seperti kejujuran dan rasa tanggung jawab.

Perbedaan dengan Pembelajaran di Modul:

a. Di modul ini, saya belajar tentang kerangka kerja yang lebih terstruktur dalam pengambilan keputusan, seperti empat paradigma pengambilan keputusan dan tiga prinsip pengambilan keputusan. Sebelum modul ini, keputusan saya lebih intuitif dan mungkin tidak selalu mempertimbangkan semua aspek secara sistematis.

b. Modul ini menekankan pentingnya menganalisis semua pilihan secara mendalam, termasuk dampak jangka panjang dan dampak terhadap semua pihak yang terlibat. Dalam pengalaman saya sebelumnya, saya mungkin tidak selalu mempertimbangkan semua sudut pandang dengan cukup mendetail.

c. Pengambilan keputusan berbasis kebajikan, seperti yang diajarkan dalam modul, menekankan pentingnya konsistensi dalam mempraktikkan nilai-nilai kebajikan, tidak hanya berdasarkan intuisi atau situasi. Hal ini membantu saya melihat pentingnya memiliki prinsip yang jelas dan mematuhi prinsip-prinsip tersebut dalam setiap keputusan, tidak hanya dalam kasus-kasus tertentu.

d. Salah satu hal yang baru bagi saya adalah konsep pengujian keputusan setelah diambil, untuk memastikan bahwa keputusan tersebut benar-benar etis dan efektif. Sebelumnya, saya cenderung fokus pada pengambilan keputusan itu sendiri tanpa terlalu memikirkan evaluasi berkelanjutan.

Refleksi:

Setelah mempelajari modul ini, saya menyadari bahwa ada banyak dimensi dan pendekatan yang dapat membantu membuat keputusan yang lebih baik dan lebih etis. Ini memberi saya pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana menjadi pemimpin yang adil, bijaksana, dan konsisten dalam menghadapi dilema moral.


13.     Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep-konsep dalam modul ini telah memberikan dampak yang signifikan pada cara saya mengambil keputusan, terutama dalam konteks kepemimpinan dan situasi yang melibatkan dilema moral. Berikut adalah beberapa perubahan yang saya rasakan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran ini:

Sebelum Mempelajari Modul:

a. Sebelumnya, saya lebih sering mengandalkan intuisi dan pengalaman pribadi dalam membuat keputusan, terutama dalam situasi yang kompleks. Meskipun ini sering kali efektif, ada kalanya keputusan yang diambil kurang mempertimbangkan semua aspek yang relevan.

b Pendekatan saya dalam pengambilan keputusan cenderung kurang terstruktur. Saya mungkin mempertimbangkan beberapa faktor, tetapi tanpa kerangka kerja yang jelas, saya bisa melewatkan pertimbangan penting yang mungkin memengaruhi hasil keputusan.

c. Saya cenderung fokus pada hasil akhir atau solusi yang cepat, terutama dalam situasi yang mendesak. Kadang-kadang ini berarti mengabaikan dampak jangka panjang atau implikasi etis yang lebih luas.

Setelah Mempelajari Modul:

a. Sekarang, saya lebih cenderung menggunakan pendekatan yang lebih terstruktur dalam pengambilan keputusan. Saya telah belajar untuk menerapkan empat paradigma dan tiga prinsip pengambilan keputusan sebagai panduan dalam menganalisis setiap dilema moral. Ini membantu memastikan bahwa saya mempertimbangkan semua aspek yang relevan dan membuat keputusan yang lebih seimbang dan adil.

b. Salah satu perubahan terbesar adalah adopsi sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya sekarang lebih sadar akan pentingnya tidak hanya membuat keputusan, tetapi juga menguji dan mengevaluasi keputusan tersebut untuk memastikan bahwa keputusan itu etis dan efektif. Ini membuat saya lebih reflektif dan responsif terhadap hasil keputusan yang saya buat.

c. Setelah mempelajari modul ini, saya lebih fokus pada bagaimana nilai-nilai kebajikan dapat diterapkan dalam setiap keputusan. Saya lebih konsisten dalam memprioritaskan prinsip-prinsip etis daripada sekadar mencapai hasil yang diinginkan. Ini memberi saya kepercayaan diri lebih besar dalam menghadapi dilema moral, karena saya tahu bahwa keputusan saya didasarkan pada prinsip-prinsip yang kuat.

d. Saya kini lebih memperhatikan dampak jangka panjang dari setiap keputusan, baik bagi individu maupun organisasi secara keseluruhan. Ini termasuk memikirkan konsekuensi sosial, moral, dan etis yang mungkin tidak langsung terlihat tetapi sangat penting dalam jangka panjang.

Refleksi:

Perubahan ini telah membuat saya merasa lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi situasi-situasi sulit yang memerlukan keputusan moral. Saya merasa lebih bertanggung jawab dan lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan setiap faktor yang relevan, yang pada akhirnya menghasilkan keputusan yang lebih baik dan lebih etis. Mempelajari modul ini tidak hanya memperkaya pengetahuan saya, tetapi juga mengubah cara saya memandang dan menjalani peran sebagai pemimpin.


14.     Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai Individu:

a. Nilai-nilai kebajikan membantu dalam membentuk karakter yang lebih baik. Memahami bagaimana kebajikan seperti kejujuran, keadilan, dan empati dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan memperkuat integritas pribadi.

b. Mempraktikkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari meningkatkan kualitas hidup, baik secara moral maupun spiritual. Ini juga membangun kepercayaan dan rasa hormat dari orang-orang di sekitar.

c. Dengan memprioritaskan kebajikan dalam keputusan pribadi, saya dapat menjadi teladan yang baik bagi orang lain, mempengaruhi lingkungan saya secara positif.

Sebagai Pemimpin:

a. Keputusan yang didasarkan pada kebajikan cenderung lebih berkelanjutan dan menghasilkan kepercayaan dari tim atau pengikut. Kepemimpinan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan membangun fondasi yang kuat untuk kepemimpinan jangka panjang.

b. Pemimpin yang berpegang pada nilai-nilai kebajikan cenderung membuat keputusan yang lebih etis, mempertimbangkan kesejahteraan semua pihak yang terlibat, bukan hanya hasil akhir atau keuntungan pribadi.

c. Pemimpin yang mengedepankan kebajikan dalam pengambilan keputusan akan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama, menciptakan budaya organisasi yang sehat dan kolaboratif.

d. Dalam situasi sulit, kebajikan berfungsi sebagai panduan untuk mengambil keputusan yang mungkin tidak mudah, tetapi benar secara moral dan etis.

 

Terima kasih

Komentar

  1. Secara keseluruhan koneksi antar materi modul sebelum dan sesudahnya sudah baik dan saling terkait

    BalasHapus
  2. Hebat dan terima kasih sudah berbagi

    BalasHapus
  3. Terimakasih..terus semangat berbagi

    BalasHapus
  4. Mantapz lengkap, pembahasannya sangat mendalam, good sharing

    BalasHapus
  5. Mantap, lengkap dan mendalam pembahasannya. Good sharing bu, lanjutkan !

    BalasHapus
  6. Terima kasih bu Tari, sudah berbagi. Materinya lengkap.. Mantap

    BalasHapus
  7. Mantap Bu Tari, semangat terus untuk berbagi

    BalasHapus
  8. Terima kasih Bu Tari ilmunya, tetap semangat.

    BalasHapus
  9. terimakasih bu tari sudah berbagi ilmu, teruslah berkarya,teruslah berbagi, semangatt dulur wadon

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2. Meluruskan Niat Menerbitkan Buku

28. Ketika Bukumu ditolak penerbit mayor