Menjadi Guru yang Luar Biasa


MENJADI GURU YANG LUAR BIASA
Oleh : Suhastari Yuliana, S.Pd.AUD

Guru adalah sebuah profesi  yang lahir dari hati dengan niat tulus ikhlas mendidik dan mencerdaskan anak bangsa.   Menurut Mendikbud, Muhadjir Effendi, seorang guru yang berkualitas mesti memenuhi tiga parameter. Pertama, keahlian atau profesionalisme. Kedua, tanggung jawab sosial pada kualitas pendidikan. Ketiga, panggilan hidup. Jika seorang guru terpanggil secara tulus untuk mengabdikan dirinya demi memajukan mutu pendidikan dan mendidik karakter anak bangsa, maka guru tersebut akan menjalankan tanggung jawab sosialnya melalui tugas pengabdiannya sebagai sebuah panggilan hidup. Guru mesti mendorong para peserta didik berpikir logis, kritis, kreatif, eksploratif, dan inovatif. Dengan demikian, pada waktunya peserta didik akan menjadi pribadi yang integral.
Kita pasti masih ingat, guru yang kita idolakan pada zaman kita sekolah. Mereka adalah guru yang peduli dengan perkembangan peserta didik, memberikan sesuatu yang baru, selalu menginspirasi dan memotivasi . Kesimpulannya, mereka adalah guru yang senang belajar sehingga energy positifnya menular  kepada peserta didiknya. Kita tentu juga ingat, guru yang kurang kita suka. Biasanya tipe guru ini cara mengajarnya monoton, kurang peduli dengan perkembangan peserta didik, tidak memberikan pengetahuan baru, serta tidak menggunakan metode dan media yang menyenangkan. Sehingga ketika jam pelajaran guru tersebut, peserta didik menjadi bosan, bahkan ada yang dengan sengaja membolos.
Perubahan zaman terus berkembang, memungkinkan peserta didik mendapatkan informasi dari berbagai sumber, sehingga mereka menjadi lebih cerdas dan kritis. Inilah sebabnya guru harus selalu belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Saat ini teknologi semakin maju namun masih banyak guru yang belum memanfaatkannya dengan tepat dan bijak. Misalnya handphone, tidak sedikit guru menggunakannya hanya untuk selfi dan update status.  Padahal jika teknologi digunakan dengan bijak, kita bisa mendapatkan berbagai macam informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan guru.
Berdasarkan pengamatan penulis, tidak sedikit rekan guru TK bahkan yang sudah bersertifikasi enggan untuk belajar meningkatkan kualitas dirinya. Mereka sudah merasa cukup dengan apa yang sudah mereka miliki. Sehingga akhirnya kemampuan mereka menjadi “mandeg”, tidak berprestasi dan tidak menjadi motivator bagi peserta didiknya. Jika kita ingin peserta didik berhasil dalam pembelajaran, biasanya kita akan membimbing mereka untuk disiplin dalam belajar. Sama hal nya dengan guru, jika kita ingin menjadi guru yang baik, maka kita juga harus disiplin meningkatkan kemampuan dan kualitas diri.
Jangan menjadi guru yang biasa , tapi jadilah guru yang luar biasa. Dengan cara memaksa diri kita untuk selalu belajar dari berbagai sumber, banyak membaca untuk menambah wawasan, menciptakan kelas yang aman, nyaman, menarik, dan menantang, melaksanakan refleksi dan introspeksi terhadap pembelajaran yang dilakukan, dan mau mendengarkan saran dan kritik dari teman sejawat, kepala sekolah, dan pengawas bahkan peserta didik. Seorang guru reflektif akan bersikap positif dalam menerima saran dan kritik dan menjadikannya sarana untuk perbaikan pembelajarannya, berani jujur terhadap kekurangannya dan mempunyai kemauan untuk memperbaiki kekurangannya. Guru harus bisa menjadi teladan bagi peserta didiknya, baik teladan dari segi penampilan, cara bicara, sopan santun dan sebagainya karena nantinya peserta didik akan meniru guru-guru mereka. Guru harus bisa mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik agar menghasilkan sebuah karya yaitu individu yang terampil. Lalu guru juga harus bisa memotivasi siswa agar mereka semangat untuk terus belajar
Dengan harapan dari sesuatu yang awalnya kita paksakan  pada diri sendiri setiap hari,  akan menjadi kebiasaan dalam pribadi kita.  Sekolah dikatakan baik jika dijalankan oleh guru-guru yang baik pula. Sehingga kepercayaan masyarakat akan meningkat pada sekolah kita.
 Ayo bunda jadilah guru yang luar biasa.


Kaligondang, 22 Juli 2019 
Penulis adalah Guru  TK Negeri Pembina Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.
WA : 085327041896




Artikel ini, merupakan artikel ke dua yang dimuat di surat kabar Wawasan, sebagai konstribusi karena telah mengikuti pelatihan menulis opini dan artikel yang diselenggarakan oleh PGRI Kabupaten Purbalingga bekerja sama dengan Wawasan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3.1.j. Koneksi Antar Materi - Modul 3.1

26. Menulis di Media Cetak

28. Ketika Bukumu ditolak penerbit mayor