18. Motivasi Menulis Setiap Hari dan Menerbitkan Buku
RESUME
BELAJAR MENULIS GELOMBANG 9
Pertemuan
Ke-18
Hari/Tanggal : Jum’at, 01 Mei 2020
Waktu : Pukul 13.00 s/d 15.00
WIB
Nara
Sumber : Dadang Kadarusman
Materi : Motivasi Menulis
Setiap Hari dan Menerbitkan Buku
Peresume : Suhastari Yuliana,
S.Pd.AUD
Siang
hari ini kita akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari seorang yang luar
biasa. beliau adalah bapak Dadang Kadarusman.
Ayahnya
seorang guru sekolah dasar. Ketika masih kecil, beliau sering dibawakan buku-buku
bacaan. Dari situ beliau menjadi suka membaca. Dan dari suka membaca itu
kemudian beliau berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak kecil beliau sudah
menulis, dan sampai hari ini Alhamdulillah masih diberi kekuatan untuk terus
menulis.
Perlu
diketahui Bapak Ibu bahwa hari ini,
menerbitkan buku itu sangat mudah sekali. Berbeda dengan 20 tahun lalu ketika beliau
pertama kali ingin menerbitkan buku. Ditolak penerbit itu biasa sekali.
Sekarang tantangan terbesar kita BUKAN pada menerbitkan bukunya. Melainkan pada
MENULIS SETIAP HARInya. Jika kita bisa menulis setiap hari, maka kita akan
sampai pada titik dimana kualitas tulisan kita akan sangat menarik bagi
penerbit. Kita, tidak perlu mendatangi penerbit lagi, mereka yang datang kepada
kita. Buku-buku beliau pada umumnya adalah hasil dari penerbit datang dan menawarkan
untuk menerbitkan naskahnya. Nantinya
tinggal bapak ibu saja mau menerbitkannya atau tidak. Jadi, pembahasan kita
kali ini akan difokuskan kepada cara
menulis setiap harinya. Beliau percaya bahwa, penerbit akan mendatangi Anda
jika skill menulis Anda sudah sesuai dengan yang mereka cari.
Jadi
pelajaran pertama, jangan lagi berpikir bahwa menerbitkan buku itu susah.
Gampang sekali.
Yang
kedua, kenapa kita perlu menulis setiap hari. Karena menulis setiap hari itu
membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa. Jadi,
nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin
menerjemahkan apa yang kita lihat itu ke dalam bentuk tulisan. Dan itu terjadi
secara refleks saja Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak
terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan itu, atau butuh seseorang yang
mau mendengarnya padahal, belum tentu ada yang mau mendengar. Tapi jika dia
terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya, yaitu,
selembar kertas dengan pena kalau dulu, kalau sekarang tinggal ambil smart
phone maka kita bisa mencurahkannya tulisan.
Yang
ketiga, menulis setiap hari itu merupakan healing remedy.
Jadi, jika terbiasa
menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat. Kesimpulannya, kenapa
perlu menulis setiap hari adalah, karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah
orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.
Melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya
secara mandiri. Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk
tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS. Jadi, bapak ibu
sekalian, jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal, mulai
sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. Kalau beliau pribadi, 1
hari 1 artikel, kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah
katanya. Jaman dulu kalau kita mau mengirim artikel ke koran, itu ada ketentuan
jumlah kata. Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Karena bukan hal yang
mudah untuk menuanggkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang
ditentukan. Maka bagi beliau, ukurannya adalah "1 Artikel" artinya sebuah
paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang
lain. Begitu ukurannya jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu
bapak yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya.
Karena, belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Sedih banget ya. sudah berusaha menulis tapi tidak
ada yang membaca. Penting di tahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu
baper soal ada yang membaca atau tidak. Karena kalau orang lain membaca pun
belum tentu feedbacknya positif. Tidak sedikit orang yang berhenti
menulis karena pembacanya memberi feedback negatif. yang penting menulis
saja dulu. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal untuk dibaca orang,
YAKIN DEH akan dibaca.
Mengapa
kita perlu menulis setiap hari? Seperti kata pepatah “Alah Bisa, Karena Biasa.”
Jadi, orang yang terbiasa melakukan sesuatu akan mahir dalam melakukannya. Contoh, Ibu dan bapak guru suka menasihati
anak didiknya agar membiasakan diri untuk melakukan sesuatu. Tujuannya untuk
membuat anak didik itu mahir melakukannya. Demikian pula halnya dengan menulis.
Jika kita melakukannya setiap hari, maka kita akan menjadi mahir menulis.
Contoh
lain. Bapak Ibu jago banget kalau bicara
didepan kelas. Banyak pula professor di kampus yang hebat dalam memberi kuliah.
Tapi, ketika diminta untuk membuat sebuah karya tulis, jadi gelagapan. Padahal
temanya adalah bidang yang dikuasainya dan biasa diajarkan kepada anak
didiknya. Kenapa tidak bisa? Karena, para guru terbiasa bicara. SETIAP HARI
BICARA. Namun, tidak terbiasa MENULIS. Maka, kita perlu SETIAP HARI MENULIS.
Agar kelak kita menjadi terampil menuangkan gagasan bukan hanya melalui lisan
saja. Melainkan juga dalam bentuk tulisan.
Setelah
membahas tentang WHY yang berhubungan proses membiasakan diri dalam menulis itu
Sekarang kita bahas WHATnya WHAT makes you write something? Apa sih yang mendorong Anda untuk menulis? Jadi mari kita
tanyakan kepada diri sendiri dulu apa yang mendorong kita menulis. dengan kata
lain, apa sih tujuan kita menulis? Contoh. Ada orang yang menulis agar
mendapatkan uang? Ada. Dulu, beliau pernah berada di level itu. Beliau menulis
untuk mendapatkan uang, karena butuh untuk biasa sekolah. Ternyata ebih banyak
gagalnya daripada berhasilnya, lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi
daripada diterbitkan.
Saat
itulah kemudian beliau sadar bahwa, menulis karena ingin mendapatkan uang,bukanlah
nilai pribadinya. Dan sampai sekarang, beliau menulis BUKAN untuk uang. Bapak
ibu boleh tidak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis. boleh
saja. Tapi nanti seiring berjalannya
waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita. Kedua,
menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN, menurutnya ini paling sesuai
dengan jiwa pendidik seperti kita. Dulu ketika beliau menulis karena uang,
kadang kecewa karena penerbit menolak, seperti diremehkan oleh mereka. Kita
juga bisa kecewa jika bayarannya ternyata tidak seperti yang kita harapkan, royalti
penulisan buku misalnya.
Segala
hal yang bisa ditangkap oleh panca indra kita adalah sumber ide untuk menulis
setiap hari. Tinggal kita olah saja, berapa banyak rangsangan yang masuk ke dalam
sistem panca indra dan indra ke 6 kita? Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA. Maka
itu berarti bahwa sumber ide penulisan kita bisa SAAAANGAT banyak.
Beliau
mulai menulis sejak SD, aktif sekali di SMP sampai mengikuti lomba-lomba.
Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis.
Sekitar 10 tahun lalu, mulai dipercaya oleh penerbit. Jadi butuh 30
tahun perjalanan terlebih dahulu. Dulu, penerbit hanya sedikit dan mereka punya
bargaining power yang sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada sangat
banyak penerbit, bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga bapak ibui tidak
butuh waktu selama beliau untuk dipercaya penerbit.
Kalau
kita masih pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria
penerbit. Karena kita yang masih pemula butuh mereka. Strateginya paling mudah
adalah terus ikut kursus menulis seperti ini, lalu buat naskah sambil
konsultasi terus dengan penyelangara. Omjay, misalnya. Beliau yakin Omjay bisa
menghubungkan kita dengan penerbit. Jadi intinya fokus dulu kepada proses mengasah skill
menulisnya. Lalu biarkan hasil tulisan berseliweran diruang publik dan menarik
minat pembaca. Seperti lampu yang menarik perhatian para laron.
'Paksaan' adalah sebuah proses yang efektif
untuk mendisiplinan seorang pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis'
sendiri. Beliau misalnya, sudah mulai menulis sejak SD. Tetapi menulis setiap
harinya baru dimulai setelah bekerja. Bahkan bagi yang sudah biasa menuli pun
butuh dipaksa.
Mengenai
tema, dalam tahap belajar, TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika
penulisan. Pokoknya menulis saja. Tidak usah takut salah, yang terpenting
adalah kemauan untuk terus praktek menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan
dari orang lain untuk perbaikannya
Tidak
ada standar berapa lama masa pengumpulan naskah, kecuali jika bapak ibu punya
kontrak dengan penerbit. Misalnya disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai.
Kalau bapak ibu menulis untuk tujuan lain, maka waktunya bisa beda lagi
Menggunakan
jasa ‘GHOSTWRITER’ dalam menulis itu bukan hal yang buruk. Tetapi itu
cocoknya untuk mereka yang hanya ingin
menerbitkan buku, kalau kita ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan
opsi yang tepat buat kita.
Dalam
proses latihan menulis, kita tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah
kata, karena bisa menimbulkan rasa tidak percaya diri. Mulai saja dari sebuah
kata yang terlintas dalam pikiran, Insya Allah nanti akan mengalir dengan
sendirinya. Sebelum menulis biasanya beliau akan bilang “Ya Allah, apa yang
harus saya tuliskan hari ini? Bimbing saya ya Allah!” Jadi nyantai aja.
Saat
menulis tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah dulu. Dulu buku beliau
yang judulnya "OUTSHINE" diberi judul dulu. Naskahnya ditulis
belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA" ditulis
naskahnya dulu.
Pentingnya
menemukan WHAT MAKES YOU WRITE, karena hal itu akan menentukan tingkat istiqomah
kita. Kalau kita menulis karena uang, maka akan berhenti ketika hasil karya kita
tidak jadi uang banyak. Maka sekarang beliau justru lebih tertarik untuk
menulis artikel setiap hari kemudian diberikan secara free daripada memikirkan
menerbitkan buku. Dengan demikian, maka gagasan
bisa lebih cepat sampai kepada orang lain.
Bapak
Ibu, menulis itu untuk diri kita sendiri. Bukan untuk orang lain. Jadi,
berikanlah yang terbaik kepada tulisan kita sendiri. Sehingga mendapat yang
terbaik dari yang kita berikan. Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang ikut
menikmati manfaatnya. Dengan begitu, maka lewat tulisan, kita menjadi pribadi
yang lebih baik terlebih dahulu, sambil mengajak orang lain untuk menemani
perjalanan menuju perbaikan diri itu. Teruslah menulis. Karena dengan menulis,
engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.
Semoga makin semangat untuk menulis setiap hari.
Komentar
Posting Komentar